Minggu, 21 Desember 2008

Cadangan Minyak Indonesia Hanya Cukup untuk 11 Tahun

SEMARANG, SABTU - Cadangan minyak bumi yang ada di Indonesia
diperkirakan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri hingga
11 tahun ke depan. Hal itu terjadi jika kegiatan eksplorasi untuk
mencari sumber minyak baru tidak segera dilakukan.
Semarang, Jawa
Tengah
, Sabtu (13/12). Seminar tersebut diadakan oleh Himpunan
Mahasiswa Teknik Geologi Undip.
energi
alternatif
mutlak dilakukan.


Demikian disampaikan Kepala Departemen Energi Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI) Nanang Abdul Manaf dalam Seminar Nasional mengenai
Solusi Krisis Energi di Universitas Diponegoro, Kota

Menurut Nanang, rata-rata produksi minyak di Indonesia mencapai 970
ribu 1 juta barel per hari. Namun, persediaan cadangan minyak yang
siap diproduksi hanya 4 miliar barel. "Jumlah tersebut hanya akan
cukup untuk produksi hingga tahun 2019 nanti," katanya.

Akibat dari menipisnya persediaan tersebut, produksi minyak akan terus
menurun. Dengan mengutip data dari Indonesian Petroleum Association
(IPA), Nanang menyebutkan, pada awal 2004 produksi minyak Indonesia
mencapai 1,11 juta barel per hari kemudian pada akhir 2007 turun
menjadi 970 ribu barel per hari. Untuk itu, produksi yang dihasilkan
dari cadangan minyak yang ada sekarang diperkirakan akan terus turun
hingga 50 persen dalam satu dekade mendatang.

"Sebenarnya potensi ditemukannya sumber minyak baru di Indonesia cukup
besar. Untuk itu, eksplorasi untuk mencari sumber minyak baru tersebut
perlu dilakukan," ucapnya.

Energi alternatif

Selain eksplorasi, lanjut Nanang, perlu langkah-langkah lain untuk
mengatasi krisis minyak tersebut yakni, penggunaan teknologi baru
untuk mengoptimalkan pengambilan minyak dari bawah tanah dan
pemanfaatan energi alternatif secara kontinYu.

Ketua Program Studi Teknik Geologi Undip Dwiyanto JS menuturkan, salah
satu energi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan adalah gas
dangkal (shallow natural gas ) seperti gas biogenik atau gas
hidrokarbon yang terdapat di lapisan batuan pasir dan gamping dangkal
dengan kedalaman 20-75 meter.

"Pemanfaatan energi alternatif ini sebagai salah satu slusi makin
mahalnya bahan bakar minyak," katanya.

Keuntungan dari pemanfaatan gas dangkal, menurut Dwiyanto, adalah
tidak memerlukan teknologi yang rumit karena pemakaiannya hanya untuk
keperluan rumah tangga. Potensi gas yang diperoleh dari batuan dangkal
memang kecil, makanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
ucapnya. Namun, potensi gas tersebut dapat besar jika diambil dari
banyak lokasi secara sporadis.

Dwiyanto mencontohkan, potensi gas rawa yang ditemukan di Kecamatan
Ngrampal, Sragen, Jateng, sebanyak 300.000 meter kubik bisa memenuhi
kebutuhan bahan bakar 40 keluarga selama lebih kurang 10 tahun.

Sementara itu, Geological Advisor Hess Oil and Gas Rovicky Dwi
Putrohari mengatakan, krisis yang terjadi di Indonesia bukan sekadar
krisis minyak namun juga energi. Untuk itu, pemanfaatan

Namun, lanjut Rovicky, pengembangan energi alternatif di Indonesia
masih terkendala oleh kebijakan pemerintah yang tida k mendorong
adanya investasi di bidang ini, minimnya sumber daya manusia yang
kompeten, dan teknologi. Padahal, potensi energi alternatif selain
minyak, gas, dan batubara di Indonesia cukup besar.

Rovicky mencontohkan, pemanfaatan panas bumi atau geothermal menjadi
listrik yang belum optimal. Menurutnya, Indonesia memiliki 40 persen
potensi panas bumi yang terdapat terdapat di dunia. Namun, Indonesia
hanya mampu memanfaatkan hanya sekitar 5 persen dari seluruh potensi
yang ada.

"Bukan tidak mungkin, negera kita bisa menjual listriknya ke luar
negeri seperti Norwegia apabila serius untuk memanfaatkan panas
buminya," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar